Sabtu, 17 Oktober 2009

tanpa stress

Orang Mukmin Tidak Pernah Stres!

Posted: 16 Jun 2009 09:45 AM PDT

Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik kesusahan maupun kesenangan, sebagai sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Allah Ta’ala berfirman,

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(Qs Al Anbiya’: 35)


Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata, “Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)

Kebahagiaan hidup dengan bertakwa kepada Allah

Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan Hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu.” (Qs al-Anfaal: 24)

Ibnul Qayyim -semoga Allah Ta’ala merahmatinya- berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin.” (Kitab Al Fawa-id, hal. 121, Cet. Muassasatu Ummil Qura’)

Inilah yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs ِAn Nahl: 97)

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Huud: 3)

Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Ibnul Qayyim mengatakan, “Dalam ayat-ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)

Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat, yang dirasakan sangat berat oleh orang-orang munafik, sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وجعلت قرة عيني في الصلاة

“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa’i 7/61 dan imam-imam lainnya, dari Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagiir, hal. 544)

Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. (Lihat Fatul Qadiir, Asy Syaukaani, 4/129)

Sikap seorang mukmin dalam menghadapi masalah

Dikarenakan seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, maka masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan karena keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)

Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)

Inilah sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala dalam mengahadapi musibah tersebut. Tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.

Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allah senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan). Sungguh Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,

وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs An Nisaa’: 104)

Oleh karena itu, orang-orang mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan. Akan tetapi, orang-orang mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allah Ta’ala.” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 421-422, Mawaaridul Amaan)

Hikmah cobaan

Di samping sebab-sebab yang kami sebutkan di atas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang diberlakukan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Karena dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah Ta’ala.

Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:

أنا عند ظنّ عبدي بي

“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HSR al-Bukhari no. 7066 dan Muslim no. 2675)

Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala. (Lihat kitab Faidhul Qadiir, 2/312 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/53)

Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:

[Pertama]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan hal. 422, Mawaaridul Amaan). Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, no. 143)

[Kedua]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 424, Mawaaridul amaan) Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HSR Muslim no. 2999)

[Ketiga]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, karena Allah menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 423, Mawaaridul Amaan dan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, hal. 461, Cet. Dar Ibni Hazm). Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل

“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HSR Al Bukhari no. 6053)

Penutup

Sebagai penutup, kami akan membawakan sebuah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang gambaran kehidupan guru beliau, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah merahmatinya–. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allah Ta’ala takdirkan bagi dirinya.

Ibnul Qayyim bercerita, “Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada gurunya, Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, aku mendapati beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 15 Rabi’ul awwal 1430 H

***

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim Al Buthoni, Lc.
Artikel www.muslim.or.id

ShareThis

Jumat, 16 Oktober 2009

doa (kutipan dari Widi Adi, teman mail)

“Duhai Tuhanku, karuniakan padaku ilham agar aku selalu mensyukuri nikmat-Mu yang Kau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku selalu beramal shaleh yang Kau ridhai. Dengan rahmat-Mu masuk ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.” amin

Sabtu, 21 Maret 2009

........dzikir

Bunga kenikir
membawaku berpikir,
kapan zaman ini berakhir,
Ya Allah perkenankan hamba bertakbir,
untuk memulai menghadap Paduka,

shalat, ruku' , sujud dan berdoa,

dan ridhoilah hamba berdzikir.

Sabtu, 14 Maret 2009

rukun Islam

______________
Rasulullah saw bersabda: "Islam itu didirikan di atas lima sendi yaitu:
1. Bersaksi bahwa tiada tuhan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
2. Mendirikan shalat (mengerjakannya dengan memenuhi rukun dan kewajibannya serta dengan tenang dan khasyu')
3. Membayar zakat (wajib membayar zakat bila seorang muslim memiliki 85 gram emas atau uang yang senilai dengannya, yaitu membayar 2,5 % bila sudah sampai satu tahun. Adapun harta kekayaan selain uang masing-masing mempunyai ketentuan sendiri).
5. Melakukan haji be Baitullah (bagi yang mampu pergi ke sana)
6. Puasa pada bulan Ramadhan (mencegah makan, minum dan bercampur suami isteri mulai fajar sampai terbenam matahari, dengan niat)


**********************************

Senin, 09 Maret 2009

kesempurnaan islam

_______________

ISLAM ADALAH PERATURAN HIDUP YANG SEMPURNA

1. Islam mengatur berbagai aspek kehidupan baik bidang ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dan lain-lain. Juga menggariskan metode yang benar dan tepat untuk memecahkan kesulitan dalam bidang-bidang tersebut.

2. Islam berusaha mengatur kehidupan manusia. Unsur pokok dalam hal ini adalah mengatur waktu. Islam merupakan satu-satunya ajaran yang paling kuat untuk dapat membahagiakan manusia di dunia dan di akhirat.

3. Islam sebelum menjadi syariat (peraturan Allah) adalah sebagai kepercayaan atau keyakinan (bahwa Allah adalah sembahan yang hak). Karena Rasul Allah memusatkan upayanya di Makkah terhadap hal tauhid, baru setelah hijrah ke Madinah, mendirikan negara dan menerapkan/mempraktekkan syariat Islam.

4. Islam menganjurkan untuk mencari ilmu pengetahuan dan kemajuan ilmu yang manfaat. Pada abad pertengahan muncul tokoh-tokoh ilmu modern dan ilmu agama dari kalangan Islam seperti Al-Haitami, Al-Bairuni dan lain-lain.

5. Islam menghalalkan harta yang diperoleh dengan cara yang halal yaitu yang tidak ada penindasan, penipuan serta mengutamakan harta yang halal itu hendaknya dimiliki oleh orang-orang sholeh, yang mau memberikan hartanya kepada orang fakir dan untuk perjuangan agar terealisasi keadilan sosial di kalangan umat Islam.
Rasulullah saw. bersabda: "Sebaik-baik harta ialah harta yang halal untuk orang-orang sholeh. [HR Ahamad]
Ada orang yang mengatakan bahwa tidak mungkin harta itu dicari dengancar yang hala saja. Pendapat ini tidak benar dan tidak mempunyai dasar samasekali.

6. Islam agama perjuangan dan mencari ketenangan hidup. Karena itu mewajibkan setiap muslim untuk mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkannya. Islam menghendakai agar manusia hidup tenang dalam naungan Islam dan lebih mementingkan urusan akhirat daripada dunia.

7. Menghidupkan fikiran Islam yang bebas dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan norma-norma Islam seperti menghilangkan kebekuan berfikir dan membuang sisipan fikiran yang menodai fikiran Islam yang murni yang menghalangi kemajuan umat Islam seperti masalah-masalah bid'ah, takhayul dan hadits palsu.

diturunkan dari Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat-Syekh Mohammad bin Jameel Zeeno.

***********************************

Minggu, 08 Maret 2009

keunggulan islam

_______________



1. Islam adalah agama Tauhid, maka iman kepada pencipta alam merupakan kenyataan yang bisa diterima oleh setiap akal sehat. Pencipta itu ialah Allah yang hanya Beliau saja yang berhak disembah. Oleh karena itu kalau memotong hewan atau nadzar harus ditujukan kepada Beliau saja, (tiada kepada yang lain) terutama berdoa. Rasulullah bersabda : "Doa itu adalah ibadah." [H.R.Turmudzi].

2. Islam agama pemersatu dan bukan pemecah belah. Islam mengajarkan agar beriman kepada semua utusan Allah yang diutus Beliau untuk memberikan petunjuk kepada semua manusia dan untuk mengatur kehidupannya dan beriman bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah penghabisan dari semua rasul Allah, syaria'atnya menggantikan syari'at yang sebelumnya. Nabi Muhammad saw. diutus kepada seantero manusia untuk menyelamatkan mereka dari kelaliman dan agama-agama palsu. Ditegaskan pula bahwa agama Islam selalu terpelihara kebenarannya.


3. Islam adalah ajaran yang mudah,jelas dan bisa dimengerti. Islam tidak mengakui takhayul dan kepercayaan yang merusak serta falsafah yang sulit. Islam dapat diterapkan di segala tempat dan waktu.

4. Islam tidak memisahkan antara moril dan materiil. Islam memandang kehidupan ini sebagai kesatuan yang meliputi keduanya. Islam tidak mengambil salah satunya meninggalkan yang lainnya.

5. Islam mengajarkan persamaan, persaudaraan sesama muslim. Islam anti terhadap semua yang bersifat perbedaan daerah dan tingkatan sosial. Allah berfirman: "Sesungguhnya yang paling mulia di antaramu padasisi Allah adalah yang paling takwa di antaramu'"(Q.S. Al Hujurat : 13)

6. Islam tidak mengajarkan kekuasaan pendeta yang memonopoli Agama. Islam juga tidak mengenal pikiran yang sulit dibuktikan kebenarannya. Juga tidak mengenal yang disebut pembesar-pembesar agama yang dipuja. Setiap manusia bisa mempelajari Al Qur-an dan Hadits Rasulullah saw. menurut faham orang-orang shaleh dahulu, kemudian mewarnai kehidupan masyarakat sesuai dengan Qur-an dan Hadits.

cuplikan dari Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat-Syekh Mohammad bin Jameel Zeeno

*****************************************

Jumat, 06 Maret 2009

sebaik-baik petunjuk

_____________
Segala puji bagi Allah, kepada Beliau kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada Beliau pula kita mohon perlindungan agar dijaga dari keburukan jiwa dan perbuatan. Orang yang memperoleh petunjuk/hidayah Allah tidak akan tersesat dan orang yang disesatkan Allah tidak ada orang yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (Q.S. Ali Imran : 102)

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan betrtakwalah kepada Allah yang (dengan nama Beliau) kamu saling meminta satu sma lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan mengawasimu." (Q.S. An Nisaa' : 1)

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki perbuatanmu serta mengampuni dosa-dosamu. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul Beliau maka ia sungguh akan berbahagia dengan kebahagiaan yang agung" (Q.S. Al-Ahzab :70-71)

cuplikan dari buku Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat oleh Syekh Mohammad bin Jameel Zeeno

Kamis, 05 Maret 2009

bimbingan islam

_______________

Pengantar Bimbingan
* Bimbingan ini bertujuan untuk memperbaiki pribadi setiap muslim sehingga bisa melaksanakan Islam dengan sebaik-baiknya dan ia akan menjadi muslim yang bertakwa kepada Allah swt.
*Perbaikan yang dimakasud adalah sesuai dengan apa yang diterangkan di dalam AL-QUR'AN dan AS-SUNNAH sebagaimana yang difahami oleh para orang salaf (orang-orang yang terdahulu) yang solihin.
*Para sahabat telah menjalankan Islam dengan sebaik-baiknya, maka mereka menjadi pemimpin dan orang-orang terhormat di muka bumi ini. Sebab itu banyak orang yang keluar dari kekufuran menuju Islam dan beralih dari penyembahan kepada berhala dan manusia kepada penyembahan Tuhannya manusia, Allah swt.
*Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka. (Qur'an, Ar-Ra'ad : 11)


cuplikan dari Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyrakat, oleh Syekh Mohammad bin Jameel Zeeno.

***************************************

Senin, 23 Februari 2009

sifat orang yang bertakwa

___________________

* Alif laam miim

* Kitab (Al Qur-an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

* (yaitu) mereka yang beriman kepda yang gaib, mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagianrezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

* dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur-an) yang diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

* Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Al Qur-an ini bimbingan bagi orang-orang bertakwa, sehingga mereka berbahagia hidup di dunia da di akhirat nanti.

Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan yang menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menghentikan larangan-larangan Beliau.

Di antara tanda-tanda orang bertakwa :

* Beriman kepada yang gaib. Yang gaib ialah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindera. Karena kita beriman kepada Allah, maka kita beriman pula kepada firman-firman dan petunjuk-petunjuk Beliau. Termasuk yang gaib, ialah : Allah, Malaikat, hari kiamat, surga, neraka, mahsyar dan sebaginya.
Pangkal iman kepada yang gaib ialalh iman kepada Allah SWT.

* Mendirikan shalat, mengerjakannya sesuai perintah Allah dalam Al Qur-an dan pelaksanannya sesuai contoh dari Nabi Muhammad saw.

* Menafkahkan sebahagian rezki yang telah dianugerahkan Allah. Rezki ialah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. Rezki itu berupa harta. Dan arti menafkahkan sebaghagian rezki ialah memberikan sebahagian rezki atau harta yang telah direzkikan oleh Allah kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.

* Beriman kepada Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah. yaitu Al Qur-an dan kepada kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan sahifah-sahifah yang diturunkan (kepada Nabi-nabi sebelum NabiMuhammmad saw).

* Beriman dengan adanya hari akhirat, yaitu akan adanya kehidupan yang kedua setelah hidup di dunia ini berakhir.

Orang-orang yang memmpunyai sifat yang lima di atas adalah orang yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah SWT dan merekalah orang-orang yang merasakan hasil iman dan amal mereka di akhirat nanti. Merekalah yang beruntung. Mereka memperoleh keridaan Allah dan tinggal di surga yang penuh kenikmatan

dinukil dari Al Qur-an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia 1995

*********************************

Sabtu, 21 Februari 2009

pahala orang yang bertakwa

_______________


* .... Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui Beliau. Dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Q. 2 : 223

* ..... Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.
* (yaitu) surga "Asn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
Q. 16 : 30,31

* Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang beriman, Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki Beliau tanpa batas. Q. 2 : 212

* Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Beliau akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Q. 8 : 29

* Dan sesungguhnya paha di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Q. 12 : 57

* Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa ituberada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). Q. 15 : 45

* ... Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan ituilah sebaik-baik tempat bagi orang-orang yang bertakwa. Q. 16 : 30

janji Allah kepada orang bertakwa (3)

____________________


* Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Q.28 : 83

* .... Dan sesungguhnya bagi orang-orang yan bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik,
* (yaitu) surga "Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,
* ....
* ....
* ....
* Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.
* Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kamiyang tiada habis-habisnya. Q. 38 : 49-53

* Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri jani Beliau. Q. 39 : 20

* Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula), Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepda mereka penjaga-penjaganya:"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". Q. 39 : 73

* ... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Beliau akan mengdakan baginya jalan keluar ( untuk menyelesaikan urusannya). Q. 65 : 2

* ... Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Q. 65 : 4

Demikian ayat-ayat yang menyatakan janji Allah kepada orang-orang bertakwa: kemudahan dalam penyelesaian urusan, jalan keluar dalam kesulitan dan surga yang akan di masuki setelah hari hisab untuk selama-lamanya, hidup di surga dengan kekal..



*************************************

janji Allah kepada orang bertakwa (2)

____________________


* Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Beliau akan memberikan kepadamu furqaan -) dan menghapuskan segala keslahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Q. 8 : 29
-) furqaan = pembeda antara yang hak dan yang batil, juga diartikan pertolongan

* Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Q. 11 : 49

* ... dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?
Q. 12 : 109

* Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.
Q.13 : 35

lanjutkan ke (3) ****************************************

Jumat, 20 Februari 2009

janji Allah kepada orang bertakwa (1)

____________________


Dari firman-firman Allah kita temukan :

* ....dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.
Q. 3 : 179

* Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengerti.
Q. 2 : 103

* Katakanlah : "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
Q. 4 : 77

* Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahaminja?
Q. 6 : 32

* Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Q. 7 : 128

* Allah berfirman: " Siksa-Ku akan Ku-timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami."
Q. 7 : 156


lanjutkan ke (2) ****************************************

orang bertakwa

____________________


Bagaimana hubungan antara orang yang bertakwa dengan Allah?

* Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-ornag yang bertakwa. Q. 2 :194

* Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Q. 16 : 128

* Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Q. 9 : 4,7

* dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. Q. 45 : 19

* dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. Q. 2 : 41

* Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. Q. 16 : 2

* Beliau (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada Beliau dan berhak memberi ampun. Q. 74 : 56.

* Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. Q. 2 : 197.

*

Kamis, 19 Februari 2009

menuju takwa

____________________

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Q. 49 : 13

Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Q. 51 : 56

Manusia diciptakan sebagai makhluk ciptaan Allah, sebagai penyembah Allah, disebut sebagai abdi Allah. Dan sebagai abdi, manusia, yang terbaik ialah yang
paling bertakwa kepada Allah.
Nah, apakah takwa itu?
Secara mudah takwa ialah melaksanakan perintah Allah dan menghindari larangan Allah.
Lalu apa saja perintah dan larangan Allah itu?
Allah memberi petunjuk dengan menurunkan
Kitab Al Qur-an. Sebagai rahmat, sebagai bacaan, sebagai petunjuk, sebagai pembeda, sebagai pengingat.
Dan contoh pelaksanaanya (dari Kitab itu) ialah pribadi
Nabi Muhammad saw.dalm Sunnah Rasulullah.

catatan saya sendiri:
Kitab Al Qur-an dalam bahasa dan tulisan Arab, sehingga bagi saya merasa tidak mampu/tidak sempat belajar bahasa Arab, maka jalan singkat terjemahan Kitab tersebut sebagai sarana untuk menyadap petunjuk Allah. Sambil mohon kepada Allah untuk dapat menyerap makna firman-firman yang telah diterjemahkan tersebut dan mohon tidak menyimpang dari isi tuntunan tersebut. Allah Maha Tahu dan Allah Maha Pengampun .

*******************************